Kelab Peminat

Batu


Kulihat pada batu,
Sepi.

Allah tak kurniakannya tangan dan kaki,
Untuk bergerak meninggalkan sepi.

Allah tak berikannya bahasa dan kata,
Untuk berkongsi sepi di jiwa.

Lantas, kutanyakan pada guru,
"Cikgu, kenapa batu dijadikan begitu sepi?"

Kata cikgu memuliakan pertanyaanku;
"Batu sedang memerangi kesepian,
Bukan dengan teman-teman, bukan dengan bicara jiwa,
Tetapi anggota dan lidahnya dijadikan mengingati Pencipta,
Setiap masa."

Hatiku belum dicerahkan,
Lalu, sekali lagi,
Minta fikiran disuluh pelita
"Kenapa zikir mengubat sepi, cikgu?"

Guru mengusap kepalaku, tersenyum,
"Zikir itu diKetahui, diDengari,
Hanya Si Dia,
Yang Berkuasa,
Yang Berupaya,
Menyalakan hatinya,
Menghapuskan sepinya."

Jalan Usahawan,
20042010

1 ulasan:

ASaL berkata...

bahkan, sedang kamu lebih tahu, batu itu lebih hidup dari apa yang diketahui manusia.
jika mereka boleh berkata, mereka akan mengutuki kebejatan manusia.
bahkan, bangunan paling tinggi dan berat yang dibina manusia sekalipun sanggup ditanggungi mereka.
tapi, bukankah batu yang menangis ditinggalkan Nabi ketika Nabi dimi'rajkan?
wahai, hati, janganlah ia jadi lebih keras dari batu.